Perspektif poskolonial menawarkan pendekatan kritis untuk membaca ulang sejarah, dengan menantang narasi dominan yang diciptakan selama periode kolonial. Pendekatan ini berfokus pada bagaimana kekuasaan kolonial membentuk sejarah dan meminggirkan suara masyarakat terjajah. Membaca ulang sejarah dalam kerangka ini berarti menggali narasi yang terpinggirkan, mengeksplorasi dinamika kekuasaan, serta memulihkan identitas dan pengalaman yang hilang dalam catatan resmi.

Pendekatan ini menyoroti bahwa sejarah kolonial sering kali ditulis oleh pihak penjajah, yang merepresentasikan dunia terjajah sebagai inferior dan membutuhkan intervensi “beradab” dari Barat. Dalam kajian poskolonial, narasi ini dikritik sebagai alat legitimasi kolonial yang mengabaikan perspektif masyarakat lokal. Sarjana seperti Edward Said dan Gayatri Spivak menunjukkan bagaimana narasi sejarah kolonial sering kali diselimuti oleh ideologi yang mendukung dominasi imperial.

Selain itu, perspektif poskolonial menekankan pentingnya “dekolonisasi sejarah,” yaitu proses mengganti narasi kolonial dengan sejarah yang lebih inklusif dan plural. Hal ini melibatkan pengakuan terhadap kontribusi budaya, sosial, dan politik masyarakat terjajah dalam membentuk dunia modern. Proses ini juga mencakup pengungkapan ketidakadilan dan kekerasan yang terjadi selama kolonialisme, yang sering kali diabaikan dalam narasi sejarah tradisional.

Dengan membaca ulang sejarah melalui perspektif poskolonial, masyarakat dapat memahami bahwa sejarah bukanlah rekaman objektif, melainkan konstruksi yang dipengaruhi oleh kepentingan kekuasaan. Pendekatan ini memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakadilan historis dan menciptakan pemahaman yang lebih seimbang mengenai masa lalu. Perspektif poskolonial tidak hanya berfungsi sebagai kritik terhadap kolonialisme tetapi juga sebagai langkah menuju pemulihan identitas dan kedaulatan budaya masyarakat yang pernah terjajah.

Penulis : Lisa Novia, M.Pd

Halaman Buku : 147

DOWNLOAD

PRE-ORDER | Rp. 60.000